04.28

KEBUDAYAAN NASIONAL

Diposting oleh ENDW-Blog's |

KEBUDAYAAN NASIONAL


1. Menghayati dan Mengamalkan Falsafah Pancasila.

Pancasila adalah kristalisasi nilai-nilai budaya Indonesia, yang digali nilai-nilai luhur Bangsa sejak zaman dahulu kala, saat pemerintahan kerajaan Hindu maupun Islam, sampai dengan Pemerintahan saat ini, dan kemudian dirumuskan dengan susah payah oleh para pejuang nasional di dalam rumusan sebanyak Lima Sila. Masing-masing sila mempunyai makna filosofis yang dalam bagi kepribadian bangsa Indonesia, ditengah kepungan globalisasi budaya Internasional, regional. Pancasila adalah ciri khas budaya nasional yang multi etnis, sila-sila dalam Pancasila itu memenuhi elemen seluruh bangsa yang agamis, yang nasionalis dan lain-lain.


Saat ini penghargaan terhadap Pancasila agak kendur, sementara arus globalisasi masuk ke Indonesia tak terbendung sama sekali bagaikan air bah, satu-satunya yang bisa mengendalikan adalah pancasila sebagai ukuran berbangsa, bernegara dan mbermasyarakat. Ideal culture Pancasila yang meliputi :

a. Kerukunan umat beragama.

b. Keadilan sosial.

c. Kedaulatan rakyat.

d. Kemanusiaan.

e. Kebangsaan.


2. Sistem Pendidikan Nasional.

Kwalitas bangsa ini ditentukan dari sistem pendidikan nasional, untuk mencetak kader-kader bangsa, bibit unggul, penerus generasi yang mulai renta. Saat ini sistem pendidikan nasional sangat kacau, belum memenuhi standar kebutuhan masyarakat yang selalu dinamis, biaya pendidikan masih relatip mahal, oleh kerenanya pendidikan yang cukup hanya bisa dinikmati oleh sekelompok tertentu, sementara kelompok miskin tak sampai menjangkaunya, termasuk ke jenjang perguruan tinggi. Setelah selesai menjalankan masa belajarnya, atau lulus belajar, mereka masih belum siap menghadapi kompetisi pasar tenaga kerja, atau pemahaman atas lingkungan masih belum terasa. Sistem Pendidikan haruslah dirombak untuk pemerataan perolehan pendidikan, jangan sampai simiskin hanya dapat menyekolahkan anaknya secara pas-pasan, tidak sampai ke perguruan tinggi karena tidak ada biaya, cukup sekolah dasar saja.


3. Penghargaan Sejarah.

Bangsa Indonesia saat ini bagaikan kacang lupa akan kultnya, penghargaan atas nilai sejarah sangatlah kurang, bahkan meremehkan arti sejarah, padahal bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya.

Kurangnya penghargaan ini, akibat derasnya budaya asing mengenai entertainment, sementara yang bersifat sejarah dan ilmu pengetahuan kurang peminatnya, kecuali orang-orang tertentu. Penghargaan itu sangat perlu untuk diambil manfaatnya bagi generasi saat ini, dengan melihat dan mempelajari kelemahan dan keberhasilan suatu bangsa. Yang terjadi justru sebaliknya, banyak penginggalan sejaran tidak terawat, atau hilang ditelah arus pembangunan yang pesat, dan mengalahkan situs sejarah kebangsaan.


4. Rekonsiliasi Budaya.

Bangsa Indonesia dalam menyikapi permasalahan nasional saat ini selalu mundur kebelakang, tidak futuristik, sehingga selalu diungkit-ungkit keburukan-keburukan masa lalu, tanpa ada keseimbangan bagaimana berpikir kedepan. Kemudian banyak permasalahan sosial selalu buntu, tidak menentu, tidak segera dicarikan solusi yang tepat. Tema umum setiap pembahasan ilmiah selalu tidak futuristik, akibatnya bangsa Indonesia sulit maju, menjadi limbah dari dunia usaha dan dunia lainnya. Kalau ingin maju Indonesia harus segera rekonsialisai nasional, tidak ada dendam diantara kita, menyamakan persepsi atas budaya yang telah digunakan oleh masyarkat. Dengan rekonsiliasi itu, segenap elemen duduk bersama satu meja, mengemukakan kepentingan, perbedaan dan kepemilikannya untuk membangun Indonesia baru.

5. Penegakan Hukum.

Penegakan hukum adalah bagian integral dari sekian solusi, penegakan hukum adalah komitmen dengara demokrasi dan negara hukum, segala perilaku berbangsa, bernegara dan bermasrakat harus mempertimbangkan azas demokrasi dan azas hukum. Ketegasan dalam penegakan hukum harus dilakukan untuk menjaga kamtibmas. Tanpa ketegasan berarti Indonesia tidak mempunyai komitmen terhadap supremasi hukum sebagai pedang pencari keadilan dan kemakmuran. Saat ini penegakan hukum masih berjalan terseok-seok tergantung dari selera kepentingan, tidak mandiri, mudah diintervensi. Penegakan hukum mutlak dilakukan untuk menjaga elemen masyarakat agar tidak ada ganguan dari infiltrasi asing terhadap budaya Indonesia yang tealah disepakati bersama.


6. Integrasi Budaya.

Pluralistik budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia perlu disikapi sebagai kekayaan budaya. Oleh karenanya bangsa Indonesia perlu lelakukan integrasi nasional dengan mengkaji kebudayaan kita mengarah kebersamaan dalam kebinekaan. Dalam makalah yang disampaikan dosen disebutkan integrasi suatu negara dibagi dalam tiga sifat :

a. Integrasi Normatif, yaitu integrasi yang berdasarkan pada kesepakatan dan kepatuhan yang membudaya terhadap nilai-nilai dan norma-norma tertentu.

b. Integrasi Fungsional, yaitu integrasi yang didasarkan pada perasaan saling membutuhkan dan adanya ketergantungan fungsional antar kelompok, yang terintegrasi karena masing-masing memiliki fungsi yang khas. Integrasi ini lebih banyak berdimensi ekonomi.

c. Integrasi koersif, yaitu integrasi yang berdasarkan pada kekuatan yang tidak dapat dihindarkan (memaksa) dari kelompok dominan dengan kelompok yang lainnya.



Oleh karenanya disarankan agar segera mempraktekkan kembali budaya berpancasila, untuk menunjukkan karakter Indonesia di mata dunia luar, sehingga dapat dijadikan patokan pola hidup berbagsa, bernegara dan bermasyarakat Indonesia. Selain itu Pancasila dapat dijadikan tolok ukur bersama dengan tolok ukur yang lainnya. Kemudian Sistem Pendidikan Nasional sebagai kebutuhan yang mendesak untuk mengurangi lost generation akibat krisis ekonomi yang berkepajangan, atau dapat segera menggantikan generasi pendahulu. Selain itu akumulasi budaya Indonesia yang multi etnis menimbulkan kesulitan untuk menyamakan persepsi Nasional, banyak titik singgung yang sensitip akibat adanya ego kepentingan dan perbedaan, sehingga perlu segera rekonsiliasi Nasional untuk membangun konsep negara yang maju dan futuristik.

Apakah kita harus merelakan gugurnya budaya kita akibat budaya global....???

Diposting oleh ENDW-Blog's |


Persoalan menyelamatkan lingkungan alam memang seharusnya menjadi tanggungjawab bersama. Bukan saja antar mahluk namun juga antar kebijakan berbagai negara.

kita untuk melestarikan alam semesta, menyelamatkan bumi dan tanah air kita, dimana kita hidup dan juga tempat hidup untuk cucu dan generasi mendatang. Kita tentu harus melihat secara utuh alam semesta ini, tanah air, dan bumi kita, yang tentu harus memberikan manfaat terbesar bagi kemanusiaan dan kesejahteraan manusia lahir dan bathin, sekarang dan masa depan.
Kita merusak yang menimbulkan bencana dan malapetaka yang tentunya akan mengganggu civilization atau peradaban dan segala kehidupan di muka bumi ini.

Dunia sekarang ini sedang menuju pada era baru yang kita sebut dengan gelombang keempat, peradaban manusia, fourth wave of civilization. Gelombang pertama, abad pertanian. Gelombang kedua, abad industri. Gelombang ketiga, informasi. Keempat adalah sesungguhnya gelombang 3 plus, yaitu yang bercirikan penghormatan dan keramahan pada lingkungan, karena hanya dengan itulah kehidupan manusia akan terus berlangsung, kita survive dalam kehidupan di dunia ini.

Kemare ini para pakar iklim global melakukan jumpa pers secara serentak di beragai belahan dunia. Intinya, bukti ilmiah menunjukkan pemanasan global sudah dan terus terjadi. Dampaknya adalah meningkatnya suku global.
Dibandingkan dengan suhu udara pada dekade 1990-an, suhu udara sekarang 1,5 sampai 2,5 persen lebih panas. Akibatnya, lapisan es di Benua Antartika (kutub selatan), Arktika dan pegunungan Himalaya, Alpen makin mencair. Dampak lainnya adalah peningkatan permukaan air laut. Sebanyak 30 persen garis pantai akan lenyap dari permukaan bumi di tahun-tahun mendatang. Demikian laporan yang diluncurkan oleh United Nations Environment Programme (UNEP)
perubahan iklim yang akan menyebabkan bencana alam seperti banjir, gelombang panas, dan badai topan yang lebih ganas dari tahun-tahun sebelumnya. Sebagian daerah akan tergenang air dan sebagian lagi justru akan makin kering. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kegagalan panen. Dampaknya adalah 130 juta warga dunia kelaparan di tahun-tahun mendatang, yang sebanyak 100 juta ada di Asia.

Bencana berupa kematian manusia juga akan terjadi. Ini bukan sekadar ancaman yang tidak nyata. Sepanjang tahun 2003 misalnya, sudah terjadi kematian atas 70.000 warga di seluruh bumi Eropa akibat gelombang panas. "Musim panas di sejumlah wilayah akan lebih panas," kata Martin Beniston dari University of Geneva.Sekitar 2,5 juta orang per tahun akan tergusur dari hunian mereka yang berlokasi di dekat pantai.

Dan kini ancaman itu benar-benar makin menakutkan karena banyak pemerintahan yang tidak siap dengan pencegahan pemanasan global dengan mengurangi emisi gas karbon